Makam, Pusaka, dan Keturunan Raja Tombolotutu

 Makam Raja Tombolotutu Di Kaleke, Dolo

Pada saat Raja Tombolotutu wafat di Kaleke sekitar Tahun 1938, oleh Magau Dolo Datupamusu, penghormatan terakhir bagi Raja Tombolotutu dilakukan dengan prosesi adat kerajaan Dolo dan Beliau dimakamkan disamping makam Baligau Lasara, seorang tokoh adat Kaleke. 

Terkait dengan keberadaan makam Beliau di Toribulu  dan cerita bahwa Beliau terdesak oleh kejaran pasukan Belanda lalu meminta di tusuk oleh pengawalnya menggunakan keris Beliau sendiri  sesuai keterangan Raja Tombolotutu di Kaleke kepada para sahabat dan keturunannya adalah taktik untuk mengelabui Belanda, cerita ini pernah di sampaikan Beliau kepada Ranggepala atau Tupu Toma salah satu sahabat Beliau di Kaleke yang menemani Beliau dan rombongan untuk mengamankan diri ke Tada sekitaran Tahun 1917 akibat suasana Politik kemagauan Dolo sedang tidak stabil akibat campur tangan Belanda yang menyebabkan magau Dolo Datupamusu di tangkap dan diasingkan, dalam perjalanan ke Tada Beliau enggan menggunakan jalur darat ketika memasuki Toribulu sehingga terpaksa menggunakan perahu nelayan setempat, alasan Beliau adalah dahulu saat Perang Moutong ada persekongkolan  dari keluarga Beliau untuk menangkap Raja Tombolotutu sehingga di jalankanlah skenario kematian palsu sebagaimana yang ditulis dalam laporan Belanda bahwa Beliau wafat di Ujulari, pada Tahun 1901 di Pegunungan Toribulu dan dimakamkan disana. Menurut tutura, saat diperlihatkan pada saudara se Ibu Beliau yaitu Pue Dalolo yang datang dari Walea, Pue Dalolo hanya menyuruh mengebumikan sesuatu yang di sangka adalah Raja Tombolotutu tersebut, namun dengan pesan bahwa makam tersebut jangan di beri batu nisan, bahkan Beliau tidak menunggu prosesi pemakaman. Taktik ini untuk mengindari kejaran pasukan Belanda dan untuk mengamankan keluarga Beliau di Toribulu yang di ancam akan di bantai jika Beliau tidak menyerahkan diri, sedangkan Raja Tombolotutu sesungguhnya masih hidup dan menyembunyikan identitas Beliau dengan berpindah-pindah hingga menetap dan wafat di Kaleke Dolo dan di kebumikan disana

Makam Raja Tombolotutu di Kaleke di keramatkan bagi masyarakat sekitar, makam yang terletak di kompleks pemakaman Bulu Langa, Desa Kaleke Kecamatan Dolo dahulu menurut cerita masyarakat sekitar pusaranya berubah-ubah ukuran, terkadang memanjang, ataupun memendek hingga menjadi cerita di masyarakat. Kejadian ini kemudian tidak terjadi lagi saat makam tersebut di pugar dan di renovasi oleh sebagian orang yang mempunyai hajat. Selama ini, keberadaan Raja Tombolotutu di Kaleke sangat di rahasiakan akibat keberadaan pasukan Belanda, namun dalam perkembangan pasca kemerdekaan hingga saat ini, telah banyak keluarga maupun pemerhati sejarah yang mengetahui kisah keberadaan Beliau di Kaleke, hanya saja versi sejarah yang beredar akibat data yang di validkan sebagian orang dengan menjadikan tutura peristiwa Ujulari Toribulu dan laporan Kolonial Belanda menjadi data baku, padahal dalam pelarian Raja Tombolotutu setelah berpindah-pindah kemudian datang dan menetap di Kaleke sekitar tahun 1906/1907 dan sempat kembali ke Tada bahkan bertemu dengan adik sepupunya Raja Borman, anak beliau Daeng Matupu dan Datupamusu (H. Kuti), kerabat Beliau Puluki Dg. Mapato  serta keluarga Beliau yang lain. Hal ini tidak pernah di masukkan ke dalam sejarah kendati telah banyak pemerhati dan aktivis sejarah yang datang melakukan penelitian di Kaleke. Salah satu penulis sejarah pada Tahun 1994 telah datang di Kaleke, Bapak Sofyan Kambay. Beliau mendapat info tentang keberadaan Raja Tombolotutu di Kaleke atas informasi Ibunda Beliau di Tada hingga menelusuri di Kaleke, namun sayang saat Beliau wafat, tulisan Beliau tentang Raja Tombolotutu di Kaleke telah berpindah tangan dan belum sempat di publikasikan, hal ini telah di konfirmasi dengan anak Beliau. Sebelumnya pada tahun 1985 telah datang di Kaleke seorang menantu H. Kuti Tombolotutu bernama Bapak Edy Rumambi, namun yang bersangkutan tidak memasukkan data tentang Raja Tombolotutu di Kaleke. Pada Tahun 2012, salah satu pegawai Dinas Sosial Kab. Parigi Moutong bernama Bapak Rusli, S.Sos telah menyusun sejarah tentang perjuangan Raja Tombolotutu hingga keberadaan Beliau di Kaleke, namun saat tulisan tersebut masih butuh penyempurnaan Bapak Rusli, S.Sos telah berpindah tugas sehingga tidak dapat menyelesaikan tulisan Beliau. Semoga fakta keberadaan Raja Tombolotutu di Kaleke dapat di ketahui masyarakat Sulawesi Tengah, setelah terlalu lama tersembunyi dalam keterasingan, ditutup rapat dalam bilik kosong, antara kebiadaban pasukan Belanda dan politik perebutan tahta, disinilah Raja Moutong ke - IV (empat) menghabiskan masa tuanya, mengajar ilmu Hati (Tarekat), menjadi guru mengaji, meninggalkan tahta dan harta, keluarga serta kehidupan Raja. Namun, perjuangan Beliau menentang Kolonialisme tidak akan terlupakan, Perang Moutong yang meluluh lantahkan istana kerajaan dan membuat adik perempuan Beliau yang bernama Pa' gugur akibat serangan Belanda, begitu pula dengan perang Bolano dimana Olongian Bolano dan rakyatnya setia membela sang Raja hingga Beliau berpesan kepada anak cucunya di Kaleke untuk memperlakukan orang Bolano dengan baik-baik karena mereka adalah saudara Beliau yang berjuang hingga akhir, begitu pula dengan Olongian Sojol yang bernama Kaleolangi dan anaknya beserta rakyat Bou (Sojol) yang mengorbankan nyawa demi melindungi Raja Tombolotutu, perjuangan Beliau  hingga ke wilayah Pantoloan (Banawa) mengakibatkan tertangkapnya sahabat Beliau Raja Banawa La Makagili Pue Mpudu sekitar Tahun 1901 yang kemudian perjuangan tersebut berlanjut melalui persahabatan Beliau dengan Magau Dolo, Datupamusu yang menentang Belanda hingga Datupamusu ditangkap dan diasingkan. Sebelum Beliau wafat, pernah ada pesan Beliau kepada para muridnya di Kaleke, bahwa setelah orang-orang bermata biru (Belanda) akan ada orang-orang bermata sipit yang menjajah kita. Setelah itu, selepas kemangkatan Beliau maka masuklah pendudukan Jepang (Orang Bermata Sipit) diwilayah Lembah Palu.

Demikian hidup Beliau dalam pelarian yang tidak pernah tunduk pada Belanda dan pantang bekerjasama dengan penjajah, Pua Darawati Tombolotutu Arajang Moutong ke-4, Anak dari Puang Massu Raja Moutong ke-3, Cucu dari Puang Magalatu Raja Moutong ke-2 dan cicit dari Arajang Petta I Kacci Pendiri Kerajaan Moutong, dimana Petta I Kacci adalah anak dari Puang Tomessu Ri salasa'na, Raja Kerajaan Sendana ke 27 dari tanah Mandar. 




 Keris Pusaka Peninggalan Raja Tombolotutu di Kaleke




 Andi Yetji Tombolotutu, Puteri Raja Tombolotutu dengan Darasia yang lahir saat Raja Tombolotutu beserta keluarga mengamankan diri di Tada akibat situasi politik di Kemagauan Dolo yang kurang kondusif.



Sidik Tombolotutu, Putera Terakhir Raja Tombolotutu dengan Isteri Beliau di Kaleke Dolo bernama Darasia



Sumber : Andi Yetji Tombolotutu dan Sidik Tombolotutu, anak kandung Raja Tombolotutu dengan Darasia di Kaleke.

Komentar

Postingan Populer